Pada 2015 silam, Paus Fransiskus mengeluarkan ensiklik berjudul Laudato Si. Dokumen ini berisi sejumlah pokok pikiran Paus Fransiskus tentang ibu bumi sebagai rumah bersama yang semestinya dihormati dan dijaga kelestariannya. Laudato Si tetap menjadi aktual hingga saat di tengah kondisi dunia yang sedang diterpa oleh pelbagai kerusakan alam. Semua orang tentu menginginkan keselamatan ibu bumi. Oleh karena itu, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menyuarakan terus-menerus niat baik untuk keselamatan bumi rumah bersama termasuk menyuarakan sejumlah pemikiran yang ada dalam Laudato Si. Selama ini suara untuk menyelamatkan ibu bumi terus bergema oleh banyak lapisan komunitas dan para pegiat lingkungan hidup. Tahun 2025 ini genap 10 tahun Laudato Si.
Sebagai salah satu bentuk usaha untuk mengetuk pintu kesadaran umat beriman, komunitas Laudato Si Keuskupan Bogor menyelenggarakan rekoleksi bertema Eko-Praksis yang bertempat di aula Panti Asuhan St. Yusup-Sindanglaya. Kegiatan ini dilakukan sebagai persiapan awal menuju 10 tahun Laudato Si yang akan dilakukan pada September 2025 di GBH-Sentul nanti. Rekoleksi Eko-Praksis yang diarahkan oleh Romo Martin Harun OFM serta dihadiri oleh lebih dari 80 orang umat perwakilan dari Dekenat Selatan dan sekitarnya adalah persiapan menuju 10 tahun Laudato Si. Peringatan yang diadakan oleh anggota komunitas Laudato Si Keuskupan Bogor bertujuan untuk mendalami topik mengenai eko-praksis dalam menenun langkah praktis merawat bumi yang kita tinggali.
Acara yang dilakukan pada 01 Mei 2025 yang juga bertepatan dengan peringatan Hari Buruh ini dimulai pada pkl. 09.00 yang diawali dengan sapaan pengantar di aula oleh Panitia dan direktur Panti Asuhan St. Yusup. Kemudian dilanjutkan dengan jalan keliling menuju kebun, kandang domba, omah mawar, dan ditutup dengan pengenalan situasi serta keadaan alam panti asuhan Santo Yusup-Sindanglaya yang disampaikan oleh direktur Panti Asuhan St. Yusup. Setelah aktivitas pengenalan di kebun, para peserta rekoleksi diajak masuk kembali ke aula untuk mendengarkan pemaparan materi dari Romo Martin Harun OFM. Dalam paparannya, Romo Martin Harun OFM menyampaikan sejumlah hal ekopraksis dan langkah-langkah strategis mengenai merawat bumi dengan cara memperhatikan kondisi bumi, bagaimana solusi praktis mengenai permasalahan yang ada serta ajakan untuk merawat dan melestarikan bumi agar tidak semakin rusak.
Peserta rekoleksi tidak hanya mendengarkan paparan materi dari Romo Martin Harun OFM, namun mereka juga mendalami paparan tersebut dengan mengajukan sejumlah pertanyaan pendalaman. Maka, dibuka sesi tanya-jawab dalam beberapa menit. Melalui sesi tanya-jawab, peserta rekoleksi semakin diperkaya pemahamannya terhadap materi yang disampaikan oleh narasumber. Setelah sesi tanya jawab diadakan, dilanjutkan dengan refleksi diri secara pribadi dan kelompok mengenai hal yang dapat dilakukan untuk menjaga dan merawat alam ciptaan. Sesi ini kemudian ditutup dengan makan siang bersama di aula.
Setelah makan siang bersama, acara rekoleksi ditutup dengan kegiatan praktis-ekologis yaitu menanam sejumlah pohon di dalam kompleks Panti Asuhan St. Yusup dan diakhiri dengan dokumentasi kegiatan dengan berfoto bersama. Pada akhirnya, semua hal yang didapatkan dalam kesempatan rekoleksi menjadi bahan untuk dibawa oleh para peserta agar dapat mengajak semakin banyak orang untuk mulai membangun kesadaran mencintai alam. Pada akhirnya, dunia yang sedang mengalami kerusakan parah membutuh aksi nyata untuk menyelamatkannya. Sekarang waktu untuk menanam harus lebih banyak daripada waktu untuk berdiskusi. Semoga semakin banyak orang yang tergerak hatinya untuk mulai menyelamatkan ibu bumi dengan melakukan usaha yang nyata. (Ed. Tim Publikasi PA St. Yusup).
Oleh: Mikael Yuriel Andika Lim
(Seminaris Stella Maris-Parung, Kelas 12)